Main Topic

Travel carries out the country’s task in evacuating Indonesian citizens affected by the Earthquake and Tsunami disaster in Japan in 2011

BACKGROUND

 A natural disaster earthquake with a magnitude of 8.9 on the Richter scale followed by a tsunami on March 11, 2011, has devastated the coastal part of Japan overlooking the Pacific Ocean. Its Consequences include the threat of radiation from the nuclear reactor at Fukushima. As with disasters that occur in other countries, the catastrophe in Japan, even in developed countries, still requires planned and careful handling from Nearby countries around Japan to immediately overcome emergency response conditions that can accelerate rehabilitation, mitigation and preparedness.

LATAR BELAKANG

Bencana alam gempa bumi dengan kekuatan 8,9 skala ritcher diikuti dengan tsunami pada tanggal 11 Maret 2011 telah memporak pondakan bahagian pantai negara Jepang yang menghadap ke laut pasifik dengan berbagai macam akibat yang ditimbulkannya termasuk ancaman radiasi dari reaktor nuklir di Fukushima. Sebagaimana bencana yang terjadi di negara lain, maka bencana di Jepang ini meski terjadi di negara maju juga tetap memerlukan penanganan yang terencana dan menyeluruh serta memerlukan bantuan dari negara-negara terdekat disekitar negara Jepang untuk segera mengatasi kondisi tanggap darurat yang dapat mempercepat melakukan rehabilitasi, mitigasi dan preparedness.

   

The Indonesian government immediately provided human resources assistance in a Disaster Response Rapid Reaction Team (DRRRT) and logistics in a blanket of 10,000 pieces. The weather conditions are still cold, with temperatures ranging from minus 2 to 8 degrees Celsius, considerable mileage, and the radiation threat makes me and the TRC-PB team have to pay more attention to the health safety of the TRC-PB team.

Pemerintah Indonesia segera memberikan bantuan sumber daya manusia dalam bentuk pengiriman Tim Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana (TRC-PB) dan logistik dalam bentuk selimut sebanyak 10.000 lembar. Kondisi cuaca yang masih dingin dengan suhu berkisar minus 2 sampai dengan 8 derajat celcius, jarak tempuh yang cukup jauh, dan ancaman radiasi membuat saya dan TRC-PB harus lebih memperhatikan keselamatan kesehatan TRC-PB.

PURPOSE

SRC-PB can implement evacuation efforts of Indonesian citizens affected by the earthquake and tsunami in Japan in 2011 and the guaranteed health and safety status of the TRC-PB team to the disaster area.

TUJUAN

Tim TRC-PB mampu menjalankan upaya evakuasi Warga Negara Indonesia yang terdampak pasca gempa bumi dan tsunami di Jepang tahun 2011 serta terjaminnya status kesehatan dan keselamatan TRC-PB ke area bencana.

METHOD

The TRC-PB team drew up a plan for the needs of the TRC-PB. The team during the evacuation of Indonesian citizens from leaving until returning home and making a periodic report and evaluation of the activities of the TRC-PB team.

METODE

Tim SRC-PB menyusun rencana kebutuhan TRC-PB selama melakukan kegiatan evakuasi Warga Negara Indonesia sejak berangkat sampai pulang serta membuat laporan secara sistematis dan evaluasi kegiatan TRC-PB

Plan to prepare the needs of  the TRC-PB team

They started with data collection and information about the team’s purpose assigned to Japan by coordinating with the National Disaster Management Agency (BNPB) in Jakarta through several coordination meetings. The TRC-PB team provided a blanket of 10,000 pieces to Japanese people who suffered from earthquakes and tsunamis and evacuated Indonesian citizens who were still unclear. The TRC-PB team at BNPB headquarters discussed the group’s needs individually and the overall requirements. I will ensure the health status of each Team member to stay healthy and give consideration to all members to be aware of the level of environmental radiation exposure—then report to the Head of the Crisis Management Center of the Ministry of Health of the Republic of Indonesia and the Director of Persahabatan Hospital to obtain direction and input on the preparation of the TRC-PB team.

Rencana penyusunan kebutuhan TRC-PB

Dimulai dengan melakukan pendataan dan mendapatkan informasi tentang tujuan tim ditugaskan ke Jepang dengan berkoordinasi bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Jakarta melalui beberapa rapat koordinasi. Pada rapat koordinasi bersama BNPB di Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, dibahas tentang misi TRC-PB dalam tugas bantuan kemanusiaan yakni memberikan selimut sebanyak 10.000 lembar untuk rakyat Jepang yang menderita musibah gempa bumi dan tsunami dan melakukan evakuasi warga negara Indonesia yang masih belum  jelas keberadaannya. Pada rapat internal tim SRC-PB di kantor pusat BNPB dibahas tentang kebutuhan tim secara perorangan maupun kebutuhan secara keseluruhan dimana saya diberi tugas menjamin status kesehatan setiap anggota tim agar tetap sehat dan memberikan pertimbangan kepada seluruh anggota agar waspada terhadap tingkat paparan radiasi lingkungan. Hasil rapat kemudian dilaporkan kepada Kepala Pusat Penanggulangan Krisis Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Direktur Utama RSUP Persahabatan untuk mendapatkan arahan dan masukan tentang persiapan TRC-PB.

After obtaining the approval of the Director of Persahabatan Hospital, immediately coordinates with the Head of Emergency Installations to prepare medical emergency equipment and coordinate with pharmacists to prepare medicines. According to the needs for 14 days for 15 people. Given the threat of environmental radiation exposure, I and the Kabid in Crisis Management consulted the National Atomic Energy Use Agency (Bapeten) in Jakarta to gain knowledge. Brief and practice how to detect radiation and the rules for dealing with radiation exposure. Coordination was then also continued to the Health Facilities Security Center (BPFK) of the Ministry of Health to get directions and instructions from the Head of BPFK, including training to use radiation detection tools. (survey meter), how to read and interpret the results because all team members get a survey meter loan and Thermo Luminescent Dosimeter (TLD) for 15 people. 

Setelah mendapatkan persetujuan Dirut RSUP Persahabatan segera melakukan koordinasi dengan Kepala Instalasi Gawat Darurat untuk menyiapkan peralatan darurat medis dan berkoordinasi dengan apoteker untuk menyiapkan obat-obatan sesuai dengan kebutuhan selama 14 hari untuk 15 orang. Mengingat ancaman paparan radiasi lingkungan, maka saya bersama Kabid di Penanggulangan Krisis melakukan konsultasi ke Badan Penggunaan Tenaga Atom Nasional (Bapeten) di Jakarta untuk mendapatkan pengetahuan singkat dan praktek cara mendeteksi radiasi serta aturan-aturan menghadapi paparan radiasi. Koordinasi kemudian juga dilanjutkan ke Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Kementerian Kesehatan untuk mendapatkan arahan dan petunjuk oleh Kepala BPFK termasuk pelatihan untuk menggunakan alat deteksi radiasi (surveymeter), cara membaca dan interpretasi hasil karena seluruh anggota tim mendapatkan pinjaman surveymeter dan Thermo Luminescent Dosimeter (TLD) untuk 15 orang.

The final preparations of the TRC-PB Team were then officially reported to the Coordinating Minister for People’s Welfare (Menkokesra) accompanied by the Minister of Foreign Affairs, where the Minister of Foreign Affairs asked about the readiness of the Team and gave his congratulations on duty.

Persiapan akhir TRC-PB kemudian dilaporan secara resmi kepada Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Menkokesra) didampingi Menteri Luar Negeri, dimana Menkokesra menanyakan kesiapan tim dan memberikan ucapan selamat bertugas.

We are doing SRC-PB team activities from leaving until returning home.

At Soekarno Hatta International Airport, every member of TRC-PB uses TLD while onboard the GIA aircraft. On March 18, 2011, Landing at Narita airport at 8:30 a.m. local time, radiation exposure was measured at a yield of 0.1 μSv/h on a scale of 1X for 15 seconds and informed the Team leader. At 8 a.m., The Indonesian Ambassador to Japan (Muh. Lutfi) gave directions and information on the area to be addressed, weather conditions, and possible radiation exposure to the team. The air temperature in Ichinoseki, Kesennuma, Ishinomaki and Ayukawahama is boiling, reaching minus two and snowy, so good health conditions are needed.

Melakukan kegiatan TRC-PB sejak berangkat sampai pulang.

Dibandara udara Internasional Soekarno Hatta, setiap anggota TRC-PB untuk memakai TLD ketika berada didalam pesawat GIA. Mendarat dibandara Narita pada tanggal 18 Maret 2011 jam 08.30 waktu setempat, paparan radiasi diukur dengan hasil 0,1 μSv/h dengan skala 1X selama 15 detik dan memberitahu kepada ketua tim. Malam harinya jam 20.00 Dubes RI untuk Jepang (Muh.Lutfi) memberikan arahan dan informasi area yang akan dituju beserta kondisi cuaca dan kemungkinan paparan radiasi kepada tim. Suhu udara dilokasi yakni Ichinoseki, Kesennuma, Ishinomaki dan Ayukawahama sangat renadah yakni dapat mencapai minus 2 dan bersalju sehingga dibutuhkan kondisi kesehatan yang baik.

On March 19, 2011, from morning to noon, the team analyzed the area to be addressed and took into account the impact on the group’s health status, as well as checking the use of TLD before leaving for Ichinoseki.

Pada tanggal 19 Maret 2011 mulai pagi hari hingga siang hari, tim melakukan analisa daerah yang akan dituju serta memperhitungkan dampak bagi status kesehatan tim, serta pengecekan pemakaian TLD sebelum berangkat ke Ichinoseki.

On March 20, 2011, briefings, division of duties, and health status checks were carried out in the morning. At the refugee shelter in Kesennuma town hall was found by an Indonesian mother who was married to a Japanese WN with four children. Identity recording and checking his health status and health condition. I recorded radiation exposure checks at 0.6 μSv/h on a scale of 1X for 15 seconds. In the afternoon, the team found 3 Indonesian Crew Members (ABK) Fukuyou Maru 8 in the port area of Kesennuma.

Pada tanggal 20 Maret 2011 dipagi hari dilakukan briefing, pembagian tugas dan pengecekan status kesehatan. Ditempat penampungan pengungsian di balai kota Kesennuma ditemukan seorang ibu WNI yang bersuamikan WN Jepang bersama 4 orang anak. Dilakukan pencatatan identitas dan pengecekan status kesehatannya dan kondisi sehat. Pengecekan paparan radiasi tercatat 0,6 μSv/h dengan skala 1X selama 15 detik. Sore harinya tim menemukan 3 orang WNI Anak Buah Kapal (ABK) Fukuyou Maru 8 di wilayah pelabuhan Kesennuma.

   

On March 21, 2011, the morning of the briefing, checking the health status of the team and the division of duties to re-conduct sweeps and find other Indonesian citizens in the port of Kesennuma. Radiation exposure was recorded at 0.6 μSv/h on a scale of 1X for 15 seconds. At 10:30 a.m., we managed to find 20 Indonesian citizens in the port of Kesennuma. In the afternoon, TRC-PB moved to the city of Osaki.

Pada tanggal 21 Maret 2011, pagi hari dilakukan briefing, pengecekan status kesehatan tim dan pembagian tugas untuk kembali melakukan penyisiran dan menemukan WNI lainnya di pelabuhan Kesennuma. Dilakukan pengecekan paparan radiasi tercatat 0,6 μSv/h dengan skala 1X selama 15 detik. Pukul 10.30 berhasil menemukan 20 WNI ABK di pelabuhan Kesennuma. Sore harinya TRC-PB berpindah lokasi ke kota Osaki.

   

On March 22, 2011, a briefing, health status check, and division of duties were held in Ishinomaki and Ayukawahama in preparation for sweeps and data collection of victims. For 15 seconds, radiation exposure was measured at 0.6 Sv/h on a 1X scale. At noon, the team discovered the body of a young woman who had died near Watanoha Elementary School, which was both intact and odourless. At 13:00, the team found 14 Indonesian citizens, three women and eleven men, in the Ishinomaki area; in the afternoon, the group returned to Ishinomaki and evaluated.

Pada tanggal 22 Maret 2011 dilakukan briefing, pengecekan status kesehatan dan pembagian tugas untuk melaksanakan penyisiran dan pendataan korban di kota Ishinomaki dan Ayukawahama. Dilakukan pengecekan paparan radiasi tercatat 0,6 μSv/h dengan skala 1X selama 15 detik. Pada jam 12.00 tim menemukan seorang perempuan muda yang telah meninggal di sekitar SD Watanoha dimana mayat tersebut masih utuh dan tidak berbau. Pada pukul 13.00 tim menemukan 14 WNI terdiri 3 orang perempuan dan 11 orang laki-laki di daerah Ishinomaki, sore harinya tim kembali ke kota Ishinomaki dan melakukan evaluasi.

The TRC-PB team left at 07:30 on March 23, 2011, for the Indonesian Embassy in Tokyo, arriving at noon at 14:30. For 15 seconds, survey meters recorded 0.1 μSv / h on a scale of 1X. Activities continued until March 26, 2011, when the team conducted an administrative activity evaluation and report. On March 27, 2011, radiation exposure was measured at 0.1 μSv / h with a scale of 1X for 15 seconds in the Narita airport waiting room on the way back to Indonesia.

Pada tanggal 23 Maret 2011 pukul 07.30 tim TRC-PB berpindah lokasi menuju KBRI di Tokyo, siang pukul 14.30 tim tiba di KBRI. Pengecekan dengan survey meter tercatat 0,1 μSv/h dengan skala 1X selama 15 detik. Kegiatan dilanjutkan hingga tanggal 26 Maret 2011 dimana tim melakukan evaluasi dan pembuatan laporan kegiatan administrasi. Pada tanggal 27 Maret 2011 pagi harinya di ruang tunggu bandara Narita dalam perjalanan pulang ke Indonesia dilakukan pengecekan paparan radiasi tercatat 0,1 μSv/h dengan skala 1X selama 15 detik.

 Melaksanakan penyusunan laporan berupa membuat laporan secara sistematis dan evaluasi kegiatan tim

Pembuatan laporan dimulai dengan mengumpulkan semua catatan yang ditulis ditambah dengan dokumentasi foto dan video. Paparan radiasi yang tercatat di kumpulkan kemudian dihitung jumlah paparan radiasi

Tabel.1  Paparan radiasi lingkungan dengan surveymeter selama berada di Negara Jepang.

Tanggal Lokasi Terukur

μSv/h

Lamanya

(jam)

Jumlah Paparan

μSv

18-03-2011 Tokyo 0,1 16 1,6
19-03-2011 Tokyo 0,1 22 2,2
19-03-2011 Asaki 2,0 2 4,0
20-03-2011 Ichinoseki 0,1 19 1,9
20-03-2011 Kesennuma 0,6 5 3,0
21-03-2011 Ichinoseki 0,1 19 1,9
21-03-2011 Kesennuma 0,6 5 3,0
22-03-2011 Ishinomaki 0,1 19 1,9
22-03-2011 Ayukawahama 0,6 5 3,0
23-03-2011 Ishinomaki 0,1 7 0,7
23-03-2011 Tokyo 0,1 17 1,7
24-03-2011 Tokyo 0,1 24 2,4
25-03-2011 Tokyo 0,1 24 2,4
26-03-2011 Tokyo 0,1 24 2,4
27-03-2011 Tokyo 0,1 24 2,4
Jumlah Total 34,5

Sumber: Data primer diolah 2011, Tokyo

From the table.1 above it is seen that the highest radiation exposure is in the Asaki area of 2 μSv / h for 2 hours which is the closest straight line to the Fukushima nuclear reactor approximately 33 km when The TRC-PB team passed through the area using a car on the motorway. The average amount of environmental radiation exposure recorded through a survey meter is 34.5 μ Sv/h or 0.0345 mSv/h.

Dari tabel.1 diatas terlihat bahwa paparan radiasi tertinggi adalah di daerah Asaki 2 μSv/h selama 2 jam yang merupakan garis lurus terdekat dengan reaktor nuklir Fukushima lebih kurang 33 km ketika rombongan TRC-PB melewati daerah tersebut menggunakan mobil dijalan tol. Rerata jumlah paparan radiasi lingkungan yang tercatat melalui surveymeter adalah 34,5  μSv/h atau 0,0345 mSv/h.

Some Indonesian citizens were found to have mild health problems as a result of earthquakes, such as vertigo, a lack of food and a decreased appetite, headaches, sleep disorders, and ISPA (table 2)

Didapatkan beberapa WNI yang ditemukan mengalami gangguan kesehatan ringan akibat gempa berupa vertigo dan kekurangan makanan dan menurunnya nafsu makan, sakit kepala, gangguan tidur dan ISPA (tabel 2)

Tabel.2 Kegiatan Pengobatan Penanggung-jawab Kesehatan Tim SRC-PB

Tanggal Kode anggota Tim Umur Sex Diagnosa Terapi
18/03/2011 01 37 P Vertigo,Dispepsia Mertigo X (3×1),

Antasid X (3×1)

02 50 P Vertigo, Dispepsia Mertigo X (3×1)

Antasid X (3×1)

03 55 L Vertigo, Dispepsia Mertigo X (3×1)

Antasid X (3×1)

04 28 P Insomnia, ansietas, dispepsia CTM X (3×1)

Antasid X (3×1)

05 36 P Insomnia,Dispepsia, ISPA CTM X (3×1)

Antasid X (3×1)

Ciprofloxacin X (2×1)

19/03/2011 06 30 L Cephalgia Asam mefenamat X (3×1)
20/03/2011 07 27 L Trauma tumpul digital Asam mefenamat X (3×1)
22/03/2011 08 20 L Faringitis Ciprofloxacin 500 X (2×1)

Tuzalos X (3×1)

Sumber: Data primer diolah 2011, Tokyo

Dalam tabel.2 terlihat kegiatan pengobatan yang dilaksanakan selama di Negara Jepang Beberapa diantaranya adalah WNI yang setelah ditemukan mendapatkan keluhan vertigo, gangguan nafsu makan dan masalah dyspepsia dan juga mengalami sefalgia dan ISPA.

There are several obstacles encountered during the execution of my activities and the TRC-PB team of the Republic of Indonesia in Japan, which are as follows:
1. The team’s activities have not allowed them to carry out their duties by the policies imposed by the local government to the fullest extent possible. a) The SRC-PB Team of the Republic of Indonesia lacks mastery of Japanese (local); b) There is a lack of coordination among relevant parties regarding the objectives and objectives of the tasks faced in the field.
2. Weather/temperature below extreme (below zero degrees), radiation threats in operational areas, difficult-to-reach terrain and long distances, and limited vehicles that can be used for operating activities

Hambatan dan Upaya Mengatasi

Didalam pelaksanaan kegiatan saya dan tim SRC-PB Republik Indonesia di Jepang ada beberapa hambatan yang ditemui selama melaksanakan tugas yaitu sebagai berikut :

  1. Kegiatan Tim belum bisa melaksanakan tugas dengan maksimal terkait dengan kebijakan yang diberlakukan oleh Pemerintah setempat. a) Minimnya penguasaan Bahasa Jepang ( lokal ) bagi Tim SRC-PB Republik Indonesia; b) Kurangnya koordinasi pihak terkait tentang tujuan dan sasaran tugas yang dihadapi di lapangan.
  2. Cuaca/suhu dibawah ekstrim ( dibawah nol derajat ), Ancaman radiasi yang terjadi di sekitar daerah operasional, Medan yang sulit dijangkau dan jarak tempuh yang jauh, dan Kendaraan terbatas yang dapat digunakan untuk kegiatan Tim SRC-PB Republik Indonesia di lapangan.

Efforts to deal with it
Learn and apply local government policies, work with the Indonesian Embassy to include interpreters/translators in the execution of field tasks, work with the Embassy and local government, and carefully research matters related to field activities, among other things: a) Mapping the disaster area; and b) Modifying and enforcing central and, in particular, local government policies.

Upaya Mengatasi. Mempelajari dan melaksanakan kebijakan yang diberlakukan pemerintah setempat, berkoordinasi dengan KBRI untuk disertakan interpreter/penerjemah dalam pelaksanaan tugas di lapangan, berkoordinasi dengan KBRI dan pemerintah setempat serta mempelajari secara teliti hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan di lapangan antara lain: a) Pemetaan wilayah lokasi bencana, b) Menyesuaikan dan melaksanakan kebijakan pemerintah pusat dan khususnya pemerintah lokal.

Field. a) Given the hazardous weather, the Indonesian Embassy Team’s policy should not be to establish field posts (field posts using hotels closest to the disaster area; b) To anticipate the threat of radiation exposure, the PB SRC Team is equipped with survey meters and a Thermo Level Dosemeter; c) Bring the field post as close to the disaster site as possible; and d) As much as possible to deceive existing means of transportation for operations adapted to field conditions.

Lapangan. a) Mengingat cuaca yang sangat membahayakan maka kebijakan dari KBRI Tim tidak boleh mendirikan posko lapangan ( posko lapangan menggunakan hotel yang terdekat dengan daerah bencana; b) Untuk mengantisipasi ancaman paparan radiasi Tim SRC PB dilengkapi dengan survey meter dan Thermo Level Dosemeter; c) Mendekatkan posko lapangan ke tempat yang dekat dengan lokasi bencana; dan d) Semaksimal mungkin memperdayakan alat angkutan yang ada untuk operasional disesuaikan dengan kondisi lapangan

CONCLUSION
1. Due to careful planning and the use of data and information before departure, the health status of 15 TRC-PB participants has remained healthy, safe, orderly, and smooth from leaving to return to Indonesia.
2. Each team member’s radiation exposure is still far below the feared figure of around 0.0345 mSv or the read from the TLD ranging from 0.010 – 0.024 mSv.

KESIMPULAN

  1. Dengan perencanaan yang baik yang didukung data dan informasi sebelum berangkat ternyata status kesehatan 15 orang TRC-PB sejak diberangkatkan sampai pulang kembali ke Indonesia tetap sehat, aman, tertib dan lancar
  2. Paparan radiasi yang diterima oleh setiap anggota tim masih jauh dari angka yang dikhawatirkan yakni sekitar 0,0345 mSv atau yang terbaca dari TLD berkisar dari 0,010 – 0,024 mSv.